WALI PAIDI (Eps: 22)
WALI PAIDI (Eps: 22)
Dengan bersandarkan tembok wali paidi menikmati kopinya, sesekali dia menyedot rokoknya,
“ Allah…Allah….Allah….” dzikir wali paidi mengiringi hembusan rokoknya.
Wali paidi mendoakan seluruh masyarakat dikampungnya, seluruh teman-temanya, guru-gurunya dan semua yg berhubungan dgnya, wali paidi bersiap-siap mau mengunjungi saudaranya yg baru mempunyai anak.
Setelah merasa cukup ngopi dan merokoknya wali paidi mengeluarkan motor dan mempersiapkan segala keperluan kalau hujan turun, dan berangkatlah wali paidi ke rumah saudaranya.
Wali paidi sebulan ini diberi karomah oleh Allah berupa kilatan-kilatan kejadian2 yg akan terjadi dikemudian hari, orang jawa mengistilahkan “weruh sak durunge winarah“ , repot juga sekarang jadinya, karena wali paidi kadang2 keceplosan omong, mengatakan sesuatu yg belum terjadi kepada orang2 disekitarnya.
Dan ketika ada istri dari saudaranya ( teman seperjuangan wali paidi ) ini hamil, wali paidi mendapat kilatan cahaya dihatinya kalau anak dari saudaranya ini laki2, tapi saudaranya ini bilang kalau istrinya habis di USG dan hasilnya kalau calon anaknya ini perempuan, wali paidi sangat menghormati saudaranya ini, karena dialah yg memperingatkan wali paidi kalau dia mulai salah arah, wali paidi hanya diam setelah diberitahu oleh saudaranya ini, saudaranya ini lalu berkata lagi:
“ kalau anakku lahir laki di….kelak dia akan jadi wali besar…”
Wali paidi tersenyum, dalam hati dia berkata : “saudaraku ini memang lucu dan aneh, katanya perempuan doanya seakan calon anaknya ini laki hehehe…”
“ Amin…amin…amin….” Wali paidi dg sepenuh hati mengamini.
“ tapi calon anakku ini perempuan di….“ katanya kpd wali paidi
“ ha…ha…ha…..” wali paidi hanya bisa tertawa melihat semua ini.
Dan kemarin wali paidi mendengar kalau anak dari saudaranya ini telah lahir, dan anaknya ternyata laki, wali paidi ikut bergembira mendengar khabar ini,
Wali paidi sampai di rumah saudaranya ini sehabis magrib, dan ternyata ibunda dari saudaranya ini ada disana, dan yg membuat wali paidi terkejut ternyata mas kiai guru wali paidi juga berada disitu.
“ baru datang di…” Tanya mas kiai.
“ inggih mas….” Jawab wali paidi.
“ saudaramu masih menemui para tamu dari saura dekat sekitar sini, kamu sama aku ada…” ucap mas kiai,
Lalu mas kiai berdiri menuju sebuah kamar, dan wali paidi mengikutinya, sesampai dikamar mas kiai menyalakan tivi, dan duduk bersila
“ duduk sini di…sebentar lagi kopinya akan datang...” ucap mas kiai.
Wali paidi duduk disamping mas kiai, melihat tivi berdua, setelah memindah-mindah chanel akhirnya di temukan film action barat yg bagus.
“ wah iki film apik di…” ucap mas kiai dg gembira.
Wali paidi hanya diam, wali paidi sebenarnya suka dg film itu, tapi wali paidi sudah pernah melihatnya dan tahu dg akhir ceritanya
“ gak suka dg film ini di…” Tanya mas kiai.
“ ndak mas…” jawab wali paidi berterus terang, karena percuma kalau ngomong ditutup-tutupi.
“ mengapa…” Tanya mas kiai lagi.
“ karena sudah tahu jalan ceritanya…” jawab wali paidi lagi.
Lalu dua cangkir kopi datang diantarkan kpd mereka, mas kiai membuka tutup cangkir kopinya dan menghirup aromanya, tampak wajah yg begitu bersyukur terlukis diwajah mas kiai, lalu mas kiai menaruh cangkirnya dan berkata :
“ ya begitulah kalau sudah tahu akhir ceritanya di…, walaupun film yg kau lihat itu bagus akan terlihat membosankan, makanya ketika Allah memberiku kilatan cahaya kejadian2 yg akan terjadi dimasa mendatang, aku meminta kepada Allah untuk menutupnya kembali, karena hidup ini akan gak asyik dan membosankan…..”
“Ha….ha…ha…ha….” wali paidi dan mas kiai tertawa,
“ ha…ha…ha…ha….” Mereka tertawa lagi, tahu sama tahu.
“ begitu juga dg saudara kita yg baru punya anak ini, dia sebenarnya bisa melihat jenis kelamin anaknya, tapi dia tidak mau, biar jadi kejutan begitu katanya...” ucap mas kiai.
“ inggih…..inggih….hahaha…” ucap wali paidi.
“ kasihan orang2 yg disekitarmu di…kalau kamu tidak minta kpd Allah untuk menutupnya….” Kata mas kiai.
“ inggih mas…..” jawab wali paidi dan mulai berdoa kpd Allah untuk menutup kilatan cahaya karomah.
0 Response to "WALI PAIDI (Eps: 22)"
Posting Komentar